Kamis, 16 Mei 2013

Masalah VS Solusi (Besarnya Pengangguran Berpendidikan)


 As-salam, dalam postingan edisi spesial ini kita akan membahas tantang masalah dan solusi dari besarnya pengangguran berpendidikan di Indonesia, oke langsaung saja dech, berikut
              

 
               Peter M. Senge menjelaskan sebuah teori dalam bukunya “Disilpin kelima”, yakni “Solusi di masa lampau menjadi masalah di masa sekarang”. Fakta tentang alur kehidupan pengangguran berpendidikan, dimasa lampau orang itu berkeyakinan bahwa dengan mengenyam pendidikan semakin tinggi meskipun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, tenaga, pikiran, waktu yang relative lama. Tapi ketika ia lulus dari lembaga pendidikan tinggi, justru ia menghadapi masalah baru yakni “ketidaktersedianya lapangan yang tidak cocok dengan skillnya”. Dengan format dunia yang terus berubah dengan cepat, generasi muda kita masih terjebak mengikuti pola klasik tersebut !

                Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya adalah saat ini masyarakat masih terpengaruh dengan pola pikir kehidupan masa lampau. Indonesia memasuki revolusi industry besar-besaran mulai tahun 1970, yakni saat masa orde baru. Saat digerakannya program pemerintah yaitu repelita,  keadaan riilnya saat itu di Indonesia masih sangat membutuhkan tenaga kerja berpendidikan formal, karena banyak sekali program pembangunan dan sangat sedikit orang yang memiliki pendidikan dan keahlian maka orang yang berpendidikan dan berkeahlian tinggi sangat dibutuhkan, harganya  bagaikan emas.

                Dunia sekarang sudah berubah, dulu (zaman industry) orang berpendidikan tinggi dan berkeahlian tinggi sangat langka dan dicari-cari bagaikan berharganya emas, tapi jaman sekarang (zaman informasi) orang yang berpendidikan tinggi dan yang memiliki keahlian sangatlah banyak karena mereka masih memiliki pola pikir zaman industry, di lain pihak hanya sedikit sekali tenaga pekerja yang dibutuhkan, perusahaan pada zaman informasi ini lebih mengutamakan efektivitas dan efisiensi, yaitu tenaga kerja sedikit dengan hasil produksi yang banyak. Harganya orang berpendidikan dan berkeahlian tinggi bagaikan batu. Akibatnya banyak pengangguran berpendidikan dan memili keahlian dimana-mana, dan parahnya mereka bagaikan robot tanpa kreatifitas, kalau tidak ada yang menggunakan tidak akan berguna sama sekali. Padahal kalau mereka sedikit kreatif pasti bisa membuat lapangan kerja. 

Dilain dunia ada orang yang tidak memiliki pendidikan dan keahlian yang tinggi, hanya lulus SD/SMP/SMA sederajat, tetapi berbagai macam pekerjaan bisa ia ciptakan dengan pembelajaran otodidak, dari perikanan, peternakan, jualan kayu, investor. Semua ia kerjakan seolah telah memiliki spesialisasi dalam bidang tersebut. Jiwa pembelajar yang hidup terus-menerus itulah yang menunjang daya tahannya untuk menghadapi kehidupan nyata.

       Robert T. Kiyosaki mengemukakan bahwa dunia ini dibagi menjadi 3 zaman yaitu:
a.       Zaman pertanian
Zaman dimana yang paling mempunyai ladang pertanian besarlah yang menguasai ekonomi.
b.      zaman industry
Zaman dimana yang paling mempunyai industry besarlah yang menguasai ekonomi.
c.       Zaman informasi
Zaman dimana yang paling mempunyai akses informasi besarlah yang menguasai ekonomi.

Dan saat ini kita hidup di Zaman informasi dimana yang memiliki akses informasi sehingga aktifitasnya menjadi efektif dan efisien, dengan waktu sedikit hasil yang banyaklah yang menguasai ekonomi.

Masalah nasional tentang  besarnya pengangguran berpendidikan:
Lembaga pendidikan dan pelatihan masih sebagai pencetak lulusan para pencari kerja, sehingga jumlah pengangguran berpendidikan meledak setiap tahun. Rasio lapangan pekerjaan : pencari kerja bisa mencapai 1:100, berarti 1 pekerjaan direbutkan sampai 100 orang, dan dari 100 orang hanya 1 yang mendapat pekerjaan. Jadi 99 orang yang lain tetap jadi pengangguran.

Solusi nasional tentang  besarnya pengangguran berpendidikan :
Lembaga pendidikan dan pelatihan sebagai pencetak lulusan pencipta lapangan kerja dengan penetrasian system  yang menumbuhkembangkan kreatifitas anak didik, melalui program entrepreneurship, investasi, membangun system bisnis, menyokong anak didik dalam membuat karya intelektual yang bisa dipatenkan sehingga dapat royality terus-menerus, dan menumbuhkan jiwa wirausaha. Dengan adanya lulusan pencetak lapangan kerja maka masalah pengangguran akan dengan cepat teratasi. Rasio lapangan pekerjaan : pencari kerja bisa mencapai  2 : 1, berarti ada 2 lapangan pekerjaan yang memperebutkan 1 pencari kerja.

Baca juga atikel edisi spesial : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi yang ingin berdiskusi, bertanya, atau menambahkan, silakan komentar :)