As-salam, dalam postingan edisi spesial ini kita akan membahas tantang masalah dan solusi dari besarnya pengangguran berpendidikan di Indonesia, oke langsaung saja dech, berikut
Peter M. Senge menjelaskan sebuah teori dalam bukunya
“Disilpin kelima”, yakni “Solusi di masa lampau menjadi masalah di masa
sekarang”. Fakta tentang alur kehidupan pengangguran berpendidikan, dimasa
lampau orang itu berkeyakinan bahwa dengan mengenyam pendidikan semakin tinggi
meskipun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, tenaga, pikiran, waktu
yang relative lama. Tapi ketika ia lulus dari lembaga pendidikan tinggi, justru
ia menghadapi masalah baru yakni “ketidaktersedianya lapangan yang tidak cocok
dengan skillnya”. Dengan format dunia yang terus berubah dengan cepat, generasi
muda kita masih terjebak mengikuti pola klasik tersebut !
Mengapa
hal ini bisa terjadi? Jawabannya adalah saat ini masyarakat masih terpengaruh
dengan pola pikir kehidupan masa lampau. Indonesia memasuki revolusi industry
besar-besaran mulai tahun 1970, yakni saat masa orde baru. Saat digerakannya
program pemerintah yaitu repelita,
keadaan riilnya saat itu di Indonesia masih sangat membutuhkan tenaga
kerja berpendidikan formal, karena banyak sekali program pembangunan dan sangat
sedikit orang yang memiliki pendidikan dan keahlian maka orang yang
berpendidikan dan berkeahlian tinggi sangat dibutuhkan, harganya bagaikan emas.
Dunia
sekarang sudah berubah, dulu (zaman industry) orang berpendidikan tinggi dan
berkeahlian tinggi sangat langka dan dicari-cari bagaikan berharganya emas,
tapi jaman sekarang (zaman informasi) orang yang berpendidikan tinggi dan yang
memiliki keahlian sangatlah banyak karena mereka masih memiliki pola pikir
zaman industry, di lain pihak hanya sedikit sekali tenaga pekerja yang
dibutuhkan, perusahaan pada zaman informasi ini lebih mengutamakan efektivitas
dan efisiensi, yaitu tenaga kerja sedikit dengan hasil produksi yang banyak. Harganya
orang berpendidikan dan berkeahlian tinggi bagaikan batu. Akibatnya banyak
pengangguran berpendidikan dan memili keahlian dimana-mana, dan parahnya mereka
bagaikan robot tanpa kreatifitas, kalau tidak ada yang menggunakan tidak akan
berguna sama sekali. Padahal kalau mereka sedikit kreatif pasti bisa membuat
lapangan kerja.
Dilain dunia ada orang yang tidak
memiliki pendidikan dan keahlian yang tinggi, hanya lulus SD/SMP/SMA sederajat,
tetapi berbagai macam pekerjaan bisa ia ciptakan dengan pembelajaran otodidak,
dari perikanan, peternakan, jualan kayu, investor. Semua ia kerjakan seolah
telah memiliki spesialisasi dalam bidang tersebut. Jiwa pembelajar yang hidup
terus-menerus itulah yang menunjang daya tahannya untuk menghadapi kehidupan
nyata.
Robert T.
Kiyosaki mengemukakan bahwa dunia ini dibagi menjadi 3 zaman yaitu:
a.
Zaman pertanian
Zaman dimana yang paling mempunyai ladang
pertanian besarlah yang menguasai ekonomi.
b.
zaman industry
Zaman dimana yang paling mempunyai industry
besarlah yang menguasai ekonomi.
c.
Zaman informasi
Zaman dimana yang paling mempunyai akses
informasi besarlah yang menguasai ekonomi.
Dan saat ini kita hidup di Zaman informasi dimana yang
memiliki akses informasi sehingga aktifitasnya menjadi efektif dan efisien,
dengan waktu sedikit hasil yang banyaklah yang menguasai ekonomi.
Masalah nasional tentang
besarnya pengangguran berpendidikan:
Lembaga pendidikan dan pelatihan masih sebagai pencetak
lulusan para pencari kerja, sehingga jumlah pengangguran berpendidikan meledak
setiap tahun. Rasio lapangan pekerjaan : pencari kerja bisa mencapai 1:100,
berarti 1 pekerjaan direbutkan sampai 100 orang, dan dari 100 orang hanya 1
yang mendapat pekerjaan. Jadi 99 orang yang lain tetap jadi pengangguran.
Solusi nasional tentang
besarnya pengangguran berpendidikan :
Lembaga pendidikan dan pelatihan sebagai pencetak lulusan
pencipta lapangan kerja dengan penetrasian system yang menumbuhkembangkan kreatifitas anak
didik, melalui program entrepreneurship, investasi, membangun system bisnis,
menyokong anak didik dalam membuat karya intelektual yang bisa dipatenkan
sehingga dapat royality terus-menerus, dan menumbuhkan jiwa wirausaha. Dengan
adanya lulusan pencetak lapangan kerja maka masalah pengangguran akan dengan
cepat teratasi. Rasio lapangan pekerjaan : pencari kerja bisa mencapai 2 : 1, berarti ada 2 lapangan pekerjaan yang
memperebutkan 1 pencari kerja.
Baca juga atikel edisi spesial :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi yang ingin berdiskusi, bertanya, atau menambahkan, silakan komentar :)